Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Aku Bangga Padamu Masa Depanku


Teruntuk diriku di Lima Tahun Mendatang.

Assalamualaikum, bagaimana kabarmu? Aku berharap engkau diberikan kesehatan yang baik dan diberikan banyak kemudahan dibalik sebuah kesulitanmu. Hari ini ketika aku menuliskan surat ini kepadamu, mungkin aku masih belum menjadi siapa-siapa. Namun percayalah, hingga detik ini semangatku untuk menjadikanmu matahari di kerajaan bintang terus berdenyut di nadiku. Aku bukan hanya sekedar bercahaya, namun akan membuatmu bersinar bagi cahaya sekitarmu.  Teruntuk diriku lima tahun mendatang, tolong pinjamkan tanganmu untuk sinar yang menyilaukan mataku. Entah mengapa sinar yang memancar dari dirimu membuatku merasa  kita bukan orang yang sama.
Pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat karena kamu akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan pasca sarjanamu di kampus yang selama ini kamu idamkan. Dan lihatlah seragammu kerjamu itu, aku yakin semua orang juga ingin mengenakannya. Aku rasa kamu sangat pantas mengenakannya karena tahu betapa tidak mudahnya memperjuangkannya. Saking bahagianya, kamu langsung mengirimkan fotomu mengenakan seragam tersebut ke kampung halaman agar orang tuamu bangga melihat anak tercintanya ini akhirnya memiliki seragam kerja. Itulah mengapa sebabnya aku bangga padamu wahai masa depanku.
Sepertinya hidupmu bahagia dan dipenuhi cinta serta kasih sayang. Aku senang jika engkau menyukai kehidupanmu yang sekarang karena satu persatu cita-citamu terwujud. Kamu berhasil membawa mimpimu pergi ke tanah suci bersama keluarga ke dunia yang sebenarnya. Dan tidak akan lama lagi bukumu juga akan diterbitkan. Dan siapa bocah-bocah lucu yang memanggilmu bunda? Mereka anak yang cerdas dan menggemaskan. Sekilas mereka terlihat seperti kita masih bocah. Dari tadi aku juga bertanya-tanya siapa pria bersahaja yang setia duduk mendampingimu. Sepertinya ia sosok pemimpin yang penyabar dan penuh pengertian, diakah suamimu? Tentu saja karena bocah-bocah itu memanggilnya ayah.
.Wahai diriku lima tahun ke depan, terima kasih atas pengertian dan kesabaranmu atas perjuangan serta cucuran keringat yang kukeluarkan hari ini demi kebahagiaan kita. Meski kita tidak pernah menangis bersama, aku yakin engkau akan mengingat betapa tidak mudahnya meraih kesuksesan ini. Ada aral dan ranjau yang mesti melukai telapak kaki ini. Meski kini engkau sudah mendapatkan segalanya, aku berharap engkau tidak pernah berubah. Tetaplah menjadi wanita yang baik tuturnya, sopan tingkahnya dan taat ibadahnya. Jangan pernah berhenti untuk menebarkan kebaikan sekecil apapun itu. Karena boleh jadi apa yang kamu dapatkan hari ini adalah berkat doa dari orang-orang yang pernah kau tolong dan dihibur hatinya. Disamping itu, meski sesibuk apapun dirimu dan betapa jauhnya tempat tinggalmu saat ini, jangan lupa untuk mengunjungi orang tua kita di kampung halaman. Karena tanpa doa dan restunya kita bukanlah siapa-siapa. Mungkin ketika engkau menemukan tulisan ini, aku sudah tiada karena aku adalah dirimu yang sekarang. Maka biarkan semangat dan harapan yang sama ini mempertemukanku denganmu dimasa mendatang. Teruslah mewujudkan berbagai PR yang kutuliskan hari ini untukmu. Semoga kita bisa mewujudkannya bersama-sama. Sampai jumpa pada lima tahun yang akan datang.

Salam Rindu dan sayang dari dirimu lima tahun silam.

Artikel di atas pernah gue kirimin buat materi lomba. Tapi penerbit kayanya masih sungkan buat bikin karya gue go public, atau karena tulisannya masih culun kaya anak baru ospek dikasih seragam putih-hitam. Nggak apa-apa, mayaan buat portofolio hehe

No comments:

Post a Comment