Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Jembatan 'Sikaya' dan 'Simiskin'


Diantara gemericik dan bau anyir khas sungai, kuinjakkan kaki dijembatan "simiskin" dengan jantung berdegup Kencang dan imaginasi terburuk. andaikan baru setengah jalan, tiba-tiba besi tua yang siap ambruk ini menceburkan badan ke bawah sana, berenang diantara sampah, air bekas pemandian dan sisa pencernaan, apa kabarnya dengan masa depan yang sudah kubangun dengan angan dan pengorbanan hari ini mengingat diri yang tidak pandai berenang.
Aku memanggilnya "jembatan simiskin" karena semenjak kemewahan terus membuat bumi bernama Sentul city ini dihiasi gemerlap kemewahan, jembatan tua favorit warga cadas ngampar mendapat saingan baru, "jembatan si kaya". Jembatan biru muda itu tampak kokoh mengayomi arakan arus sungai karena ia dirancang khusus oleh seorang arsitek. Jangankan satu motor, dua motorpun bisa saling tegur sapa dan jalan berdampingan.
Antara jembatan Si miskin dan Jembatan sikaya mudah saja membandingkannya. jembatan simiskin hanya dilalui manusia yang siap untuk mati, siap ambruk bersama jembatan, siap mental mengalahkan kegentaran. sementara jembatan sikaya hanya boleh dilangkahi salah satu dari pemiliki mobil mewah yang terkadang terparkir dijalan menuju kampung terisolasi ini. mereka yang datang kesana hanyalah mereka yang berkantong tebal, berjas mewah dan berkonde tinggi. Dan tentunya jembatan si kaya hanya boleh dilewati oleh mereka yang tidak siap mempertaruhkan nyawa maupun memperbanyak koleksi penyakit.
Inikah negeriku yang makmur, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam tanda kutip khusus bagi mereka yang punya duit, pikirku dalam hati. disaat pemilik uang bergelimang harta, penjilat sampah jalanan, penghirup asap kendaraan, dan penghuni teras pertokoan bergelimang derita dan kenistaan. Kapitalisme. itulah jawabannya. ketimpangan ini lagi-lagi dilahirkan dari rahim kapitalisme, tumbuh berkembang, beranak pinak sampai kesemua sektor dengan didikan kapitalisme.
Kapitalisme menghapus rasa persaudaraan, rasa saling memiliki dan saling peduli. lihatlah, tidak ada yang sudi melengongkan wajahnya kearah kiri untuk sekedar mengetahui realita yang tersamar dibalik kemewahan yang mereka jejaki. tidak satupun hati yang tersentuh melihat calon pemimpin bangsa ini melangkah gentar diatas ancaman maut demi meraup ilmu yang tersaji diseberang jembatan ini. Tidak ada tangan dermawan yang sudi meluncurkan se-sen pun rupiah untuk membangun jembatan yang baru.
Sampai kapan bumi indonesia akan dihuni oleh kaum apatis egois dan individualis seperti ini sedangkan didada dan, dikeningnya terlukis kalimat asyhaduallailahaillallah, mengakui Allah sebagai Rabb, Ilah dan Tuhan mereka dan mengamini islam sebagai agama dan pandangan hidup. jika islam mengajarkan untuk saling mencintai, rukun, dan tolong menolong dalam kebaikan, kenapa nyatanya yang lebih populer adalah sistem yang dimuntahkan pemikiran barat. hasil olahan otak seorang yang kemampuannya terbatas. dan akibat keterbatasan itu akhirnya lahirlah "jembatan simiskin" dan "jembatan sikaya" , afalaa ta'kiluun???

No comments:

Post a Comment