Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Dialog Seorang Hamba Kepada Tuhannya


Tuhan rasanya sudah lama, bahkan terlalu lama jasad ini lekang oleh usia, namun tidak satupun gerak dan langkah hamba menjadi manfaat bagi dunia ini. Walau  mata ini seutuhnya melihat, pada kenyataannya pandangan hamba membuta. Tidak satupun yang mampu  hamba tangkap melainkan gulungan asap bertabur debu yang dirudungi awan kelabu. sehingga ketika raut asli kehidupan silih berganti berepisode dihadapan sama sekali tidak menghadirkan ketulusan yang Engkau ciptakan melalui sebutir air mata.

Ya Bashir. bukakanlah sekat yang menghalangi pandangan hamba karena hamba ingin memahami kepahitan apa yang sesungguhnya sedang terjadi terhadap orang-orang yang ada disekitar hamba. sehingga hamba mengerti bagaimana seharusnya mengangkat mereka dari keterpurukan, sehingga hamba memaklumi bagaimana caranya mengusap air mata yang terkadang sudah bergelimang darah karena perih senantiasa menjumpai. Dan tentunya membuat hamba mengetahui bagaimana rasanya menitikkan air mata keimanan.

Ketika pertama kali hak mata hamba dikembalikan, akhirnya hamba baru menyadari bahwa hamba sudah kehilangan rekan yang dahulu sama-sama memberikan komitmen akan menjadi salah satu dari pejuang ekonom robbani. Entah apa sebabnya kini sosok itu menyemu dari lorong kampus. patas saja orang yang biasanya berjalan dengan optimisme dan dibahunya menggantung sebuah ransel berisi buku-buku teori ekonomi syariah tidak pernah lagi terdengar suara tapak kakinya. kemanakah dia?

Jauh ditempat yang penuh dari hingar bingar kehidupan kampus, seorang mahasiswa dan sekarang lebih pantas disebut eks mahasiswa berjuang menyambung nafas dan pertahanan perutnya dengan menjadi anak buah orang disebuah restoran. hanya keringatnya selama ini bersaksi betapa ia bersungguh-sungguh bekerja. setiap hari ia harus menjadi orang yang pertama membuka mata karena dialah juru kunci pintu restoran itu. ketika ia tidak datang atau kunci hilang, maka restoran itu akan koma sampai sang juru kunci beserta kuncinya ditemukan.

Semenjak terjadinya musibah itu ia terpaksa mengundurkan diri dari kegiatan kampus demi menegakkan kembali "tiang rumahnya" yang sedikit condong. Awalnya ia ingin bertahan dengan tiang yang condong itu, namun kecondongan tersebut bukan lagi 15 derjat melainkan 85 derjat, sekitar 5 derjat lagi sudah dipastikan rebah total. Walaupun besar sekali harapannya untuk melanjutkan nafas pendidikan dijenjang perguruan tinggi, namun demi menyelamatkan rumah beserta isinya ia harus menistakan keinginan itu. terlambat, begitulah yang hamba tuturkan ketika ingin mengembalikan haknya untuk mendapatkan pendidikan layak. karena semua sudah terlanjur terjadi. tidak ada yang bisa dihapus lagi karena semua sudah menjadi takdir dari-Mu.

Ya Rahmaan. Ya Rahiim.. Ya Latiif.. sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala yang terjadi dimuka bumi ini. tidak terkecuali dengan takdir rekan hamba kini. Berikan kepadanya segenap kekuatan dikala letih membuatnya tertatih, berikan kepadanya kesabaran ketika sedih membuatnya ringkih.. ya Sami'  hanya Engkau yang mampu mendengar rintihannya, hanya Engkau yang mampu mendengar doa yang tersirat  dalam hati kecilnya. maka kabulkanlah sehingga ia kembali menemukan indahnya pelangi dan merasakan hangatnya mentari dalam hidupnya.. amiin.

No comments:

Post a Comment