Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Janji Mentari Kemaren


Aku percaya mentari esok akan bersinar lagi. Memberi kehangatan bagi jiwa beku dan  menggiring perjuangan kakiku yang tengah mencari keadilan untuk diberi kesempatan meletakkan titik dipenghujung namaku.Sudah saatnya membuat manusia lain bangga dan terharu melihat warisan alam yang tergenggam dalam jasadku. Keahlian yang dsemayamkankan semenjak aku masih dirahim ibu. Keahlian untuk memodifikasi realita menjadi imginasi yang tersembur dalam kalimat sinting pembuat pusing.
Aku bukanlah sebuah perubahan, namun aku terlahir untuk menyumbangkan perubahan. Aku bukanlah simbol kejayaan, namun aku tertakdir untuk menikmati kejayaan. Dan aku bukanlah sumber kesedihan, tapi aku hadir disela kesedihan.
 Aku terlahir sebagai seniman yang kehilangan kanvas, alat musik, dan keahlian untuk memanipulasi jati diri. Aku adalah seniman yang bertugas mengamati, merasakan, menilai dalam kesendirian, lalu menuangkan semua rasa kedalam jilidan kertas dalam sepenggal kisah kemunafikan, perjuangan, maupun pengorban sekelompok anak manusia meraih masa depan.
Dan aku adalah generasi estafet penerus gaek-gaek minang seperti khairil anwar, marah rusli, dan taufik ismail.
Setelah kucoba merelakan kisah pahit masa lalu, dan mengikhlaskan harga diriku masuk tong sampah orang-orang terpandang kala itu, akhrinya sekarang aku menunggu janji mentari kemaren. Akan ada senyum yang bersinar kala cahaya pertama mentari pagi menyusup cela jendela kamarku....Ia akan menjawab harapanku dan menutup penderitaanku dengan satu kalimat"selamat pagi sastrawan favoritku". Ku harap jawaban itu kan terjadi....kala mataku terbeliak lebar dan disat itu pula ada sebuah buku tersanding indah yang berukirkan namaku" novilla ayu mustika"
Dan semua itu tinggal selangkah lagi....
Amin....

No comments:

Post a Comment