Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Akhirnya Bertemu Pemilik Sahibul Menara


Dua tahun lalu aku hanya bisa mendengarkan kisah seseorang anak rantau yang berhasil menghilangkan batasan, mencoret kata tidak mungkin melalui semangat dan daya juang membela mimpi-mimpi megahnya. Meski dibesarkan oleh pesantren, kariernya dapat mengglobal. Sehingga ia mampu meninggalkan jejak didaratan gurun pasir, salju, bahkan berpadang rumput. Ceritanya menggugah semangatku yang ketika itu merasa menyesal dipaksa orang tua melanjutkan pendidikanku di Madrasah Aliyah. Sama seperti pria itu, bagiku Madrasah Aliyah hanya akan membatasi gerakku dan mendikteku untuk bercita-cita sederhana, yaitu setelah lulus aku hanya boleh menjadi guru di madrasah dan bergelut dengan kitab arabiyyah linnasi'in. Aku tidak boleh memikirkan Eiffel, Patung liberti, bigben dll. Aku hanya boleh mengerti bahasa arab, dan dianggap keji jika mahir berbahasa inggris apalagi untuk berfikir dapat menguasai bahasa "Negeri Matador". Namun ketika ia memberikan kesaksian bahwa asumsiku tersebut salah besar, akupun mulai bersahabat dengan paksaan orang tua dan kemudian menikmati setiap penderitaan yang kualami ketika ingin terlihat berbeda dari anak-anak madrasah lainnya.
Nama orang hebat itu adalah Ahmad fuadi. Pria minang yang menjadi kebanggan masyarakat Bayur  Maninjau, ibu kota kabupaten Agam ini selain pernah aktif sebagai wartawan majalah tempo dan VOA ini, ia juga mengglobal akibat fenomena sebuah mahfuzot "man Jadda Wajada" yang dikemas kedalam sebuah novel "Negeri 5 Menara", dimana dalam novel itu ia mengungkapkan sisi terindah dari sebuah pesantren beserta lingkungannya. bukan hanya diasah dengan ilmu keislaman, sebagai santri di PM Darussalam Gontor, ia juga diajarkan untuk bercita-cita tinggi. Karena tidak ada yang tidak mungkin didunia ini asalkan dilalui dengan kesungguhan, itulah alasannya mengapa "man jadda wajada" (barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapat (berhasil))" menjadi mantra saktinya.
Setelah membaca dan menonton "Negeri 5 Menara", sempat terbersit dibenakku bisa bertemu langsung dengannya. Aku ingin melihat wajah kesuksesan dan semangat juang yang tinggi seorang Ahmad Fuadi. Terlebih lagi ketika tahu bahwa pria ini berasal dari Sumbar, tak tertahan lagi keinginan ini untuk bertemu. Aku ingin menggali semua informasi baik didunia kepenulisan, sampai bagaimana caranya agar aku dapat menginjakkan tapak kakiku dibenua lain.
Selama dua tahun ku pendam mimpi itu dimemoriku. Dan terus berdoa kepada sang ilahi agar aku diberi kesempatan untuk bertemu orang sukses dan kemudian berkesempatan meraih kesuksesan seperti yang didapatkannya. Tepat sebulan yang lewat antara rentang akhir september hingga pertengahan Oktober, aku mulai memburu mimpi-mimpi yang selama ini hanya berpusar dalam ingatanku. diantara seratus mimpi itu aku menyematkan mimpi " ketemu penulis "Negeri 5 Menara"" di deretan 67.
Suatu malam selepas belanja untuk keperluan sehari-hari di supermarket terdekat, tiba-tiba aku melihat beberapa orang sibuk membentangkan banner berukuran kira-kira 2,5 X 2 meter disisi kiri mesjid. Jantungku langsung berdesir ketika melihat foto seseorang yang ada di banner itu, "itu kan Anwar fuadi?" sebutku salah sebut, karena selama ini aku taunya nama beliau A.fuadi. Aku secara sporadis lompat-lompat kecil disisi jalan dan terus berteriak kecil karena saking kesenangan. Akhirnya wacana kedatangan Ahmad fuadi yang dari aku masih semester 3 dan menjabat sebagai anggota BEM, terealisasi sebentar lagi.
"Umi, Fatiya, aku seneng banget. pokoknya aku harus datang. kalo ada kelas bodo amat, aku mau ngambil jatah," ucapku dengan pikiran bodohku. sepanjang perjalanan langkahku terlihat seperti seorang yang baru saja dapet tiud dijalan, celingak-celinguk dan buru-buru masukin kantong #ups (pembaca narik satu alis dan berfikir "wah ternyata??" bukan-bukan saya bukan seperti itu :D) Kedua temenku malu sendiri punya teman  yang terlihat sama kayak ibu-ibu kurang waras yang sering jalan-jalan ke kampus sambil nyarios sunda. #waduh ngegosip.
Menunggu datangnya tanggal 1 November itu adalah kesabaran terbesar yang harus kuatasi. karena aku tidak sabar untuk melihat uda Fuadi. Namun semua berjalan dengan begitu singkatnya akibat perhatianku tersita oleh rentetan ujian, terlebih lagi Ekonometrik yang subhanallah imutnya. saking imutnya pengen gigit soal dan nyubit-nyubit rumus yang ada di sheetku.
Ketika rembulan memutuskan untuk istirahat dan digantikan mentari, ingatan pertama yang melintas dibenakku setelah terkapar lagi ba'da sholat subuh karena teroran ngantuk pasca UTS masih menyerang, adalah mengikuti talk show Bedah buku Negeri 5 Menara bersama Ahmad Fuadi. Sebelum mataku merapat lagi mengingat sehari sebelumnya aku hanya diberi kesempatan tidur 2,5 jam, akupun  bangkit dan mencari pekerjaan yang sekiranya mampu mengusik ngantuk. Akhirnya aku memutuskan untuk ngubek-ngubek blog orang dan ngepoin fanfictionnya. meskipun aku sering diledekin teman-teman penggila k-pop dan drama korea karena fanfiction itu hanya bualan yang menjijikkan. Bagiku mereka salah besar, justru aku kagum dengan penulisnya. Imaginasi mereka seolah-olah hidup dan herannya kenapa mereka begitu fasih memperhatikan detail dialog, karakter, bahkan budaya orang korea. Walaupun terkadang ceritanya hanya itu-itu saja, tapi peniaianku lebih dari sekedar tulisan. (kok ceritanya melebar begini ya? kembali ke uda Fuadi)
Tepat pukul 12.45 aku berangkat dengan perasaan deg-degan menuju kampus yang pada hari itu lebih dari sekedar kucintai. jika ada kata yang lebih dari sekedar "cinta" maka aku akan memilih kata itu untuk kampusku. Meskipun memfokuskan konsentrasi dibidang ekonomi, STEI Tazkia tidak pernah buta untuk mencermati dunia kepenulisan dan tuli untuk mendengarkan tips-tips sukses para pakar yang bukan dari ekonomi. Sepanjang perjalanan aku bertekad untuk mendapatkan posisi paling depan agar bisa mendengar jelas suara uda Fuadi dan seolah-olah dapat merasakan bahwa ia berbicara langsung padaku. dan tekad itupun berhasil kuwujudkan.
Sembari menuggu moderator mempersilahkan uda Fuadi ke panggung, aku melirik kertas mimpiku
"sebentar lagi mimpi akan terwujud." bisikku sembari tersenyum simpul. demi berbagi kebahagiaan akupun menyampaikan hal ini kepada Vidya, bahwa mimpi yang kubuat bulan lalu hari ini salah satunya akan terwujud sebagai takdir perdana. tak kalah senangnya, Vidya menyalamiku dan mengucapkan selamat. Tak tahulah hanya aku yang bisa merasakan seberapa senang hatiku ketika itu.
Begitu uda Fuadi berbicara dan membagi kisahnya, bahkan menayangkan beberapa fotonya, aku semakin gigit jari bahkan berteriak dalam hati ketika melihat fotonya yang sedang berada di Al-hambra dan di stadion klub kesayangan yang dihuni CR7, stadion Santiago bernabeu Real Madrid. Karena salah satu mimpiku ada difoto itu. Dan pengalaman lucu yang kualami ketika uda Fuadi mengatakan akan membagikan buku bagi mereka yang ngetweet paling banyak dan mention beliau, parahnya semua tweetku gak ke mention kebeliau karena salah mention seharusnya aku nulis @fuadi1 eh malah nulis @fuad1. maka harapan untuk dapet buku gratis hancur sudah. Tapi bukan Novilla namanya jika menyerah begitu saja. jika buku gak dapet, berarti aku harus dapet tanda tangan, kalo perlu aku harus foto bareng. sebenarnya aku malu harus melakukan hal itu karena aku gak biasa lebay didepan orang yang menjadi panutanku. biasanya aku hanya berani memandang dari jauh dan menyimak dengan baik ucapannya. tapi nggak tau kenapa, pikiranku menginstruksikan untuk melakukan hal demikian. begitu uda Fuadi selesai bicara, aku dan beberapa teman naik kepanggung demi mendapatkan tanda tangannya.
"uda saya mau minta tanda tangan."
"untuk siapa?"
"Novilla"
"pake f apa v?" ketika dia bertanya demikian, aku hanya diam dan menatapi sosok yang selama ini kuliat disosial media. ya tuhan aku merasa semakin dekat dengan kesuksesan. pikirku terus memperhatikannya. pikiranku ngeblank dan aku lupa jika beliau menunggu jawabanku.
"eh pake v" sahutku sembari merentangkan kedua jari membentuk huruf V. tanda tangan didapat akhirnya aku ikut teman-teman yang lain untuk foto bareng. setelah foto aku memberanikan diri untuk mengobrol dengan beliau.
"uda mohon doanya ya buat saya. saat ini saya sedang dalam proses membuat novel. dan mudah-mudahan sukses."
"amin, iya saya doakan."
meskipun hanya mengeluarkan sebait kalimat, yang penting aku sudah berusaha untuk mengatakan kepada panutanku apa mimpiku.sebenarnya aku mau mengajaknya berbahasa minang, karena terlalu grogi akupun kehilangan kata-kata.
"Ya tuhan, mimpiku terwujud" itulah kata-kata yang selalu terulang-ulang dalam hatiku. Dan berulang kali pula kuucapkan puji syukur kepada-Nya. Saking terharunya, aku tidak sanggup lagi membedung air mata. itulah kali pertama aku menitikkan air mata dimuka umum secara terang-terangan. ucapan selamat silih berganti mendatangiku karena mereka ikut senang bahwa moment itu adalah salah satu dari mimpiku.
kebahagian itu semakin menempati posisi teratas takkala uda fuadi menulis lewat akun twitter spt ini
"Trmksh pak utk sambutan di kampus hebat ini. Suka suasananya"
 berarti sebelumnya beliau menyimak pengakuanku bahwa bertemu dengan beliau adalah mimpi terbesarku.
 Aku tidak akan pernah melupakan hari ini 1-11-13 pukul 1 wib mimpiku yang kutulis 1 bulan yang lalu, salah 1 nya terwujud secara perdana pada hari itu. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. ijinkan 99 yang tersisa terwujud, aaamiin :)



No comments:

Post a Comment