Beberapa pekan terakhir ini hampir sepanjang hari Bogor diguyur hujan lebat dan disertai angin ribut. Hujan cukup menghambat aktifitas para warga, namun demikian tidak sedikit pula yang menuai keuntungan dari fenomena alam ini. Didaerah Sentul contohnya, menyadari pasar Ah Poong sedang gencarnya didatangi penikmat kuliner Indonesia, semenjak pagi buta para bocah yang berasal dari desa Cadas Ngampar dan beberapa tempat lainnya berhuyung-huyung mendatangi pusat perbelanjaan kalangan menengah keatas tersebut untuk memberikan jasa ojek payung. Betapa riangnya wajah bocah ini ketika wisatawan itu menyerahkan selembar uang yang boleh dibilang tidak kecil itu.
Bukan hanya mendatangkan rezeki, hujan juga menjadi ancaman terbesar bagi Jakarta. Apabila di Bogor hujan terus berkepanjangan, maka otomatis Jakarta akan menuai dampaknya. Sebab hujan yang arus air berlabuh ke Jakarta.
Sekalipun sudah tahu tradisi pengeksporan arus ini merupakan bagian dari fenomena alam, warga Jakarta terkadang lupa apa yang menyebabkan banjir ini terjadi dan menunjuk hidung warga Bogor. kalaupun terjadinya banjir itu tidak lain merupakan kesalahan mereka masing-masing. Tidak sedikit dari warga Jakarta yang membuang sampah ke sungai. Mulai dari pelaku industri sampai konsumen terakhir, menumpahkan sampah mereka ke sungai. akhirnya sungai mengandung logam berat, kotor, berbau dan arusnya tersendat karena terhalang sampah.
Tidak cukup menyalahkan kota Bogor, amukan mereka tertuju kepada pemerintah. pemerintah dianggap lalai dan lengah terhadap warganya, lamban dalam bertindak, dan tidak pernah memberikan solusi untuk kasus ini.
bayangkan saja sudah hampir 20 tahun fenomena banjir ini terjadi, keluhan dan kekesalan yang mereka tumpahkan tidak berubah redaksi sama sekali. Padahal kalaulah mereka sadar bahwa sampah yang mereka investasikan kesungai itulah pangkal masalah sekaligus solusi pereda banjir tentu fenomena tersebut tidak akan awet sampai berpuluh tahun. Tapi warga selama ini terlalu apatis. mereka berfikir hanya untuk dirinya. Sampah yang cuma sekantong apalah artinya jika dibuang kesungai. coba kita bayangkan andaikan yang berfikiran seperti itu tiga puluh kepala saja, apa yang terjadi pada sungai? Lalu apakah pantas kita menyalahkan pemerintah yang nyatanya juga menelan kerugian akibat banjir ini? Kalau ini semua murni kesalahan pemerintah barulah sepantasnya kita menuntut ganti rugi, memaksimalkan kebijakan mereka 100 %.
sebaiknya jika mereka meminta kepedulian pemerintah, sebaiknya mereka mempedulikan dahulu pekerjaannya, jika mereka meminta belas kasihan pemerintah, sudah sepatunya mereka terlebih dahulu mengasihi diri sentdiri. itulah kuncinya
No comments:
Post a Comment