Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Bocah Palestina: Aku Iri Padamu Rakyat Indonesia


sumber: facesottheearth.tumblr.com
Tawamu membuatku iri. Apakah sebabnya engkau selalu tertawa sementara untuk tersenyum saja bibirku terlalu kaku. Apa yang membuat ceritiamu mengalir seperti rembesan hujan yang datang dari atap rumah, sementara aku disini dibaluti dengan sebuah kisah bertema duka. Aku sungguh iri padamu. Hidupmu berbinar laksana laskar pelangi yang mewarnai langit pasca hujan. Rasanya sudah cukup sering aku bermimpi agar bisa menyamai kisahmu bahkan lebih indah dari yang kutahu. Tapi beginilah garis hidup yang harus kutempuh. Aku harus bersahabat luka dan betemankan duka. Karena aku tercipta sebagai pejuang keadilan. Aku terlahir untuk menjadi seorang pejalan kaki di bumi Palestina.
Suatu hari dikala tidur nyenyakmu, tiba-tiba aku tersentak karena alarm dari langit tiba-tiba menembus sekat kamarku. Senjata israel menggempur susunan bata yang dulu dibangun secara hati-hati oleh almarhum orang tuaku. Kedua adikku menjerit dalam pekikan yang mengiris-iris ulu hatiku. Aku tidak tega untuk memarahi mereka dan menyuruhnya diam. Wajar saja mereka takut karena mereka belum mengerti apa-apa soal perang. Kurangkul kedua harta yang barangkali esok harus kurela pergi, ataupun nanti. Dalam rasa takut, kami pun berdoa dan bersujud meski diatas baling-baling helikopter tentara Zionis mengamuk mengintai nyawa kami. Tahukah engkau seperti apa doa yang kami panjatkan? Tuhan, berikan kedamaian kepada kami. Hancurkan tentara zionis. Kami iri pada rakyat indonesia.
 Ya jujur saja, kalian membuatku sangat iri. Tapi kamu tidak pernah menyadari keirianku. meski senjata dan ancaman nyawa tidak menghantui kalian, kalian masih saja menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Ketika waktu sholat tiba kalian masih asyik dengan kesiukan dunia, bekerja, berkelakar dengan teman sebaya. Sementara aku, untuk satu sujud saja aku harus mempertaruhkan nyawa. Keirianku berubah menjadi amarah ketika aku dengar, kalian terlalu santai pada waktu yang ada. Kalian tidak pernah tergerak untuk menyediakan sedikit waktu untuk menghafal Al-Qur’an atau sekedar membacanya. Sementara disini, untuk membaca Al-Quran kami harus bersembunyi agar ia tidak dirampas dan dibuang secara keji oleh manusia keji itu.
Sahabat indonesia meski terkadang aku merasa iri pada kalian, namun kebaikan kalian sering membuatku menjatuhkan butir air mata. Ternyata kalian peduli dengan nasib kami, warga Palestina. Kalian berjuang mengumpulkan koin umat, dan mengabarkan nasib kami kepada rakyat Indonesia, demi menyumbangkan satu peluru untuk menggempur mereka, tentara Zionis yang terkutuk. Sementara manusia dibelahan sana, terlalu tunduk dan takut akan keruntuhan ekonominya apabila mereka berani menunjukkan identitas dakwahnya. Terimakasih teman, terima kasih saudaraku. Hanya Allah yang mampu membalas kebaikanmu.

No comments:

Post a Comment