![]() |
Source: Unsplash.com |
Teruntuk anak-anakku dimasa depan, sebelum ibu lupa dan kehilangan kata untuk menjawab berbagai pertanyaanmu di kemudian hari maka izinkan ibu bertanya.
Ketika semua orang berbicara masalah cinta, apa yang kau pikirkan ketika itu? Bagaimana engkau mendefenisikannya? Pernahkah disaat matamu terpejam, ketika hatimu mengembara jauh dalam pencarian, dikala taman hatimu tengah mewangi semerbak , fikiranmu terfokus pasti pada Dia. Tuhan yang menanamkan rasa cinta pada dirimu, sampai akhirnya kau pun mengenal cinta. Karena dialah cinta sejatimu, cinta yang tidak berdefenisi dan tidak dapat didefenisikan.
Ketika mereka bicara tentang kesetiaan, seberapa setia engkau dengan-Nya? Pernahkah engkau memenuhi permintaan-Nya ketika kerinduan-Nya mengundang sujudmu ditengah malam yang seharusnya berlarut dalam indangan mimpi.
Jika cinta adalah sebuah pengorbanan, pernahkah kau berkorban demi membalas cinta-Nya. Setidaknya kau habiskan waktu yang ada hanya dengan mengingat apa yang telah Ia titipkan bersamamu. Menjaga perasaan halus dihati yang tulus agar tidak diracuni cinta-cinta makhluk misterius.
Jika engkau belum mampu menjawabnya Nak, lalu mengapa benda fana yang kau jadikan berhala cinta. Tidakkah terlalu bodoh ketika air mata yang suci itu luruh hanya karena perdayaan cinta makhluk yang bukan apa-apa. Berfikir tentang orang yang belum tentu selamanya memikirkan apa yang kau harapkan dari dia. Salahkah jika kecemburuan-Nya membentuk tombak yang pasti menyakitimu? Salahkah Tuhanmu menegurmu? Kita bukan korban kemurkaan Tuhan, Nak. Tuhan terlalu cinta kepada hamba-Nya, Nak. Ia memanggilmu untuk kembali bernaung di bawah cinta dan kebesaran-Nya. Usap kembali air matamu. Cukup kembali pada cinta-Nya dan mulai membalas cinta-Nya setulus ia menciptakanmu dan mengizinkanmu merasakan tiupan udara di bumi ini. Kembalilah pada cinta-Nya sebelum cinta-Nya menjemputmu kembali, Nak.
No comments:
Post a Comment