Bagiku seni adalah titik, biarkan sejenak kulukis indahnya dunia ini dengan titik-titik yang bermakna.

Maaf atas Kesalahan yang Tidak Kulakukan


source: unsplash.com

Laporan magang adalah dosa besar yang tidak terampunkan dalam hidupku. Awalnya aku begitu menyukainya karena inilah alasan mengapa aku menghabiskan belasan tahun umurku dengan pulpen dan buku, karena aku ingin menuliskan apa yang ingin kutulis. Namun kemudian tiba-tiba kebencian ini memuncak setelah tragedi itu berlalu begitu saja.
Sebelum kejadian itu, aku berselisih paham mengenai prinsip menghargai. Sebagaimana yang diajarkan ibu kepadaku, “Jangan pernah mengungkapkan ketidaksenangan kita pada benda yang sedang dijual orang”. Sebab hal itu akan melukai perasaan yang menjual. Dan itu pernah kualami sendiri ketika orang lain mencaci barang daganganku dan pergi tanpa membawa dosa. Meskipun akhirnya aku ditakhlukan kesabaran, tetap saja ejekan itu menjadi pelajaran besar dalam dunia perniagaan.
Sore itu ketika sedang berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan, salah satu rekanku berniat untuk membeli tas. Kemudian ia memutuskan untuk mendekati tempat penjualan tas. Ketika sedang memilih salah satu dari sekian banyak tas, rekan lainnya nyeletuk dan berkata, “ jangan yang itu, soalnya terlihat murahan.” Dengan niat mengingatkan aku memberitahukan agar memperkecil suaranya dan untuk tidak lagi menyatakan pendapat demikian didepan orang yang berjualan. Orang yang kunasehati tidak menghiraukan dengan mengungkapkan alasan.
“ya kalau begitu terserah kamulah”, ucapku mengakhiri perdebatan itu karena aku yakin pada saat itu ia merasa benar dan tidak perlu nasehat dariku. Namun kemudian ia tiba-tiba mendiamiku dan tak sudi lagi menegurku. Dosaku. Aku bingung sebenarnya aku yang kesal atau dia yang membenciku
Untuk alasan yang sepele itu  akhirnya untuk beberapa hari kemudian kami saling diam-diaman sampai kejadian fenomenal itu terjadi.
Sore itu dalam keadaan setengah mengantuk, kucari handphoneku untuk sekedar mengetahui sekarang sudah jam berapa. Perhatianku langsung teralih apda notification Whatsapp. Ya Tuhan, itu hampir ratusan. Dan percakapan sebanyak itu terjadi di grup. Alhasil setelah kubaca dengan cermat, ternyata grup kelasku sedang membahas laporan magang. dari sekian percakapan satu penyataan mencuri perhatianku. Salah satu temanku mengatakan bahwa ia melihat pihak akademik mencoret laporan magang yang sudah di binding. Karena penasaran, akhirnya aku ikut berdiskusi dan menyayangkan kebijakan tersebut. Sampai muncul argumen, “Akdemik pakai ilmu kodok, inget bikin aturan begini dan begitu langsung ngomong”. Dan pada umumnya peraturan yang diberlakukan seolah-olah seperti dadakan. Sehingga akhirnya banyak mahasiswa yang tidak mengetahui hal tersebut. Contohnya pengumuman pengumpulan laporan magang di upload di FB yang sudah mulai di tinggalkan mahasiswa, Pnaduan akademik yang tidak pernah di update sejak dari tahun 2008 (tapi di judulnya panduan akademik 2013 update). Mungkin karena tidak ingin hal serupa terjadi pada rekan-rekan lainnya, akhirnya ada inisiatifku untuk memberitahukan hal ini di path. karena rata-rata teman-teman aktif di media sosial ini.
Dan tidak lupa juga aku mengingatkan Putri, salah satu rekanku yang berada dalam satu bangunan kosan untuk memeriksa lebih detail laporannya.
“Uni nggak tau kalo laporan yang di coret itu punya X dan Z?”
“Ya Allah, benarkah?” Dan orang yang diceritakan di grup kelasku adalah temanku sendiri. Rasa marahku semakin memuncak. Kok bisa begini? Kasihan mereka. Dan terlebih lagi sikap akademik yang begitu mudah mencorat-coret laporan orang. Padahal kita disuruh menjaga lingkungan tapi taunya mereka membiarkan mahasiswa direvisi berkali-kali dengan membuang-buang kertas corat-coret. Dan kenapa itu bisa terjadi? ilmu kodok.
Setelah beberapa jam kemudian salah satu dari temanku mengirimkan pesan di bbm. meskipun awalnya mengatakan, “dengan tidak mengurangi rasa hormat” namun kata demi kata yang terucap menyayat hatiku. “tolong jangan bahas masalah ini di sosial media”. “padahal kami menutupi, tapi kamu malah menyebarkannya”. “asal kamu tahu laporan kami tidak dicoret!” Ya Allah tidak adakah inisiatif untuk bertanya darimana aku mendapatkan kabar ini? Atau mempertanyakan apakah kamu tahu laporan siapa yang dicoret akademik? Seandainya ia mendengar jawabannya tentu kemarahan itu tidak berhak terhempas kepadaku sehingga setiap kata yang kudengar begitu menyesakkan dadaku. Begitu hina dan rendahnya nilaiku sebagai teman. Begitukah cara seorang teman menilaiku. Pada saat itu aku tidak mengerti harus berkata apa walaupun aku sudah mencoba untuk menjelaskannya.
Sembari mengingat kembali kata-kata itu, pikiranku langsung flash back. Pantas saja teman yang sudah beberapa hari ini mendiamiku begitu emosional ketika ditanya masalah laporan magang. intinya dia berkata nggak tau itu orang ember banget nyebarin kesemua orang. Jadi arah perkataan itu sebenarnya kepadaku? Konsentrasiku pecah dan aku memutuskan untuk menyudahi pekerjaanku lalu kemudian pindah kekamarku.
Dan keesokan harinya aku mendapatkan bbm dari orang yang sama dengan mengatakan jika orang yang pertama kali menyebarkan berita itu teman yang lain, bukan aku. Meskipun hatiku lega, namun hati yang terluka itu belum kunjung sembuh. kata-kata yang mencabik hatiku terlanjur kuingat. Ya tentu saja aku akan memaafkan temanku, tapi akan ada yang berbeda semenjak hari itu. Saling diam dan saling tidak peduli dengan teman yang satu lagi.
Sebelum aku tidak sempat mengucapkan kata maaf, aku meminta maaf yang sebesarnya kepada beliau. Maafkan atas kelancangan prinsip yang ditanamkan oleh orang tuaku. Tidak sepantasnya aku menasehatinya. Tidak ada haknya aku mengatur kehidupan orang. Ya aku bersalah dan aku pantas dihukum, maka maafkan aku dan aku telah sakit dengan hukuman yang kuterima semenjak kata “diam” itu.
Barangkali setelah ini kalian makin membenciku karena bukan hanya di path, aku menceritakan kalian di blog pribadiku. :) Kesiapa lagi aku akan meyampaikan maafku sama kalian selain Allah SWT karena semua teman-teman diluar sana sibuk memikirkan dirinya masing-masing dan melupakanku. Dan barangkali mereka akan mengingatku ketika tuntutan skripsi sudah didepan mata atau karena tugas yang begitu memusingkan. Kuharap kesalahan terbesarku ini diampunkan oleh Allah SWT.

No comments:

Post a Comment